Varian Omicron: Mutasi dan Kontak Tracing

Varian Omicron: Mutasi dan Kontak Tracing

Edi Sampurno M.Nurs., Ph.D, Dosen Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Alma Ata, Yogyakarta.

Editor : Danar Widiyanto

KRJOGJA.com – (14/2/2021) PANDEMI Covid-19 dengan berbagai varian terus bertambah dan berganti menyebabkan hampir 400 miliar terinfeksi dan 5.7 miliar meninggal diseluruh dunia. Di Indonesia, sejak kasus pertama diumumkan pada awal tahun 2020, SARS-CoV-2 secara total telah menyebabkan kasus kematian sebanyak 144 ribu meninggal dan kasus positif terinfeksi sampai saat ini mencapai 4.5 juta. Pandemi Covid-19 di Indonesia telah mengalami kenaikan kasus akibat penyebaran Varian Delta, dengan kasus harian antara 50 ribu sampai 60 ribu. yang mencapai puncak pada periode juli sampai September 2021. Terkini varian baru dari Coronavirus, Omicron menyebabkan kenaikan kasus positif Coronavirus di Indonesia.

Pertanyaan yang menggantung dibenak sebagian orang, adalah mengapa ada varian baru dari coronavirus seperti Varian Delta, Omicron, dan lain sebagainya. Secara konsep mutasi merupakan bagian dari kehidupan virus termasuk coronavirus. Bahwa semua golongan virus akan selalu melakukan mutasi agar dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan dapat secara efektif masuk ke dalam host, yaitu sel tubuh manusia.

Penjelasan secara sederhana tentang mutasi adalah perubahan materi genetik atau sequencing genetic (genome) atau kode genetik dari virus, yaitu virus mengubah cara berkomunikasi dengan target sel. Hasil dari proses mutasi yaitu kode genetika baru yang berisi satu atau lebih genome sebagai Varian baru dari virus. Mutasi merupakan cara virus untuk dapat menghindari sistem imun, pengobatan, atau vaksinasi, karena dengan mutasi virus mampu mendapatkan sifat yang mudah untuk bereproduksi dengan cepat atau menempel dengan baik pada permukaan sel manusia.

Indonesia sedang mengalami lonjakan kasus infeksi Coronavirus varian Omicron selain varian Delta yang masih ada. Timbulnya Varian baru ini menyebabkan masyarakat skeptis terhadap perjalanan Pademi Covid-19, sehinga tidak banyak terjadi pro dan kontra pada upa mitigasi yang dilakukan oleh pemerintah. Pertanyaan umum yang sering kita dengar adalah mengapa pandemi ini tidak segera selesai, mengapa ada lagi dan lagi varian-varian Covid-19. Ini tantangan semua stakeholder untuk bisa menjawab secara sederhana dan dapat meyakinkan masyarakat untuk sementara tetap melaksanakan protokol pencegahan atau penyebaran. Tidak salah masyarakat mempunyai asumsi bahwa ini melibatkan berbgai konspirasi karena perjalanan penyakit yang seperti tidak pernah habis. Tingkat kepatuhan masyarakat untuk mencegah transmisi menjadi hal yang sangat penting. Akan tetapi upaya pemerintah untuk bisa memberikan rasa aman dan nyaman kepada semua lapisan masyarakat juga sangat penting. Vaksinasi yang bertujuan untuk meningkatkan kekebalan atau imunitas perlu akselerasi. Dengan tingkat capaian vaksinasi dosis pertama dan kedua, vaksinasi booster perlu implementasi segera tanpa harus dikomersilkan. Upaya booster ini secara umum akan membebani anggaran negara apabila diberikan secara gratis, namun apabila dikomersilkan, hal ini akan menjadi distruksi kebijakan karena tidak semua masyarakat dapat menjangkau. Apabila kebijakan ini tidak dilihat secara komprehensif, bukan tidak mungkin dampak sosial akibat pandemi Covid-19 ini semakin tidak termitigasi dengan baik.

Satu upaya yang sangat fundamental sebagai bagian dari strategi mitigasi Covid-19 adalah investigasi kasus melalui kontak tracing. Kontak tracing Covid-19 dilakukan untuk melihat asal infeksi dan kemungkinan orang sekitar yang telah terinfeksi dari pasien. Bagaimana kemampuan fihak terkait melakukan tracing dan dukungan pengetahuan dan ketrampilan menjadi faktor yang penting, karena kontak tracing menjadi kunci untuk menemukan transmisi dan kecepatan mengambil keputusan. Analisa kontak tracing yang saat ini dilakukan oleh mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat, Universitas Alma Ata, memberikan gambaran bahwa dibutuhkan standarisasi dalam protokol kontak tracing. Data disaggregasi dari hasil tracing harus dapat memberikan informasi yang detail tentang kondisi infeksi dan transmisi yang terjadi. Bahwa orang dengan status terkonfirmasi dan lingkungan sekitar dengan status kemungkinan harus mendapatkan perlakukan yang tepat. Inilah pentingnya kontak tracing yang dilakukan sebagai investigasi kasus dan transmisi.

Pada situasi dimana sebagian besar masyarakat sudah mulai abai dengan protokol kesehatan dan aktifitas orang yang mulai padat, kontak tracing memiliki arti yang sangat penting. Ini artinya bahwa kontak tracing harus berdasarkan pada kaidah dan standar implementasi yang memadai. Yang perlu digaris bawahi adalah bahwa kontak tracing bisa saja berbeda dalam implementasinya karena kegiatan ini tergantung pada tingkat transmisi kasus di masyarakat, karakteristik masyarakat dan populasinya, serta kepasitas pemerintah setempat dalam melaksanakan. Meski demikian, bisa terjadi retensi masyrakat akibat literasi kegiatan yang tidak tersosialisasikan dengan baik. Ini adalah tantangan lain yang juga penting dan menjadi tanggungjawab pemerintah setempat. (Edi Sampurno M.Nurs., Ph.D, Dosen Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Alma Ata, Yogyakarta)

Sumber : https://www.krjogja.com/opini-2/varian-omicron-mutasi-dan-kontak-tracing/2/

1
Silahkan berkirim pesan kepada kami

Saluran ini khusus untuk informasi PMB, Untuk informasi selain PMB silahkan menghubungi Customer Service kami di nomer telepon.
0274-434-22-88
atau silahkan mengakses laman
https://almaata.ac.id/customer-service/
Terimakasih.