Universitas Alma Ata – Mahasiswa sering kali menghadapi banyak tugas kuliah, yang sudah menjadi bagian dari keseharian mereka di perguruan tinggi. Selain itu, mereka juga harus mengelola berbagai aktivitas lain seperti belajar, organisasi, kompetisi, workshop, serta kehidupan sosial. Dengan begitu banyak hal yang harus dilakukan, tidak heran jika mahasiswa sering kali “sambat” atau mengeluh tentang tugas, kesibukan, dan tanggung jawab mereka, biasanya melalui media sosial.
Menjadi mahasiswa yang aktif dalam berbagai kegiatan dianggap positif, tetapi di sisi lain, beban tugas dan aktivitas yang padat bisa membuat sulit menjaga pola makan, tidur, dan kehidupan sosial. Akibatnya, pola makan dan tidur mahasiswa sering terganggu karena jadwal yang padat (Matondang, 2021).
Kesibukan yang berlebihan dan manajemen waktu yang kurang baik dapat memicu tekanan mental dan stres, khususnya stres akademik. Stres akademik adalah kondisi di mana seseorang merasakan tekanan dari tuntutan akademik yang mereka nilai melampaui kemampuan mereka (Govaerts & Grégoire, 2004). Kadapatti dan Vijayalaxmi (2012) menjelaskan stres akademik sebagai kombinasi tuntutan akademik yang melebihi kemampuan adaptasi individu.
Stres dapat mengganggu kemampuan seseorang dalam mengatur hidupnya karena stres memicu kecemasan dan berdampak pada sistem saraf. Otak akan mengaktifkan saraf simpatis, yang merangsang pelepasan hormon adrenalin dan kortisol, yang pada akhirnya memicu pelepasan hormon lainnya (Waitz, et al., 1983). Jika stres berlangsung terlalu lama, dapat menyebabkan depresi dan mempengaruhi fungsi fisiologis, seperti meningkatkan risiko gagal ginjal dan stroke. Dampak stres secara keseluruhan negatif, baik secara fisik maupun psikologis. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk mencegah stres berlebihan, meskipun seringkali sulit dihindari karena pikiran negatif yang terus muncul.
Bagaimana cara mahasiswa mengatasi stres dan tetap menjaga pikiran positif di tengah tugas yang menumpuk?
Ada dua saran yang dapat membantu mahasiswa mengelola stres. Pertama, atur pola makan sehat dan bergizi. Idealnya, pola makan sehat melibatkan tiga kali makan sehari dengan komposisi 4 sehat 5 sempurna. Mahasiswa perlu memperhatikan keseimbangan antara karbohidrat, protein, dan lemak dalam asupan mereka. Pola makan yang baik memengaruhi tingkat stres, terutama karena makanan berlemak. Saat stres, tubuh akan memecah lemak, meningkatkan kadar lemak dalam darah yang bisa mengganggu sirkulasi darah dan berpotensi menyumbat pembuluh darah. Oleh sebab itu, menjaga pola makan sehat sangat penting untuk menghindari stres.
Kedua, menjaga kebugaran fisik. Mahasiswa yang fisiknya bugar lebih tahan terhadap stres, karena mereka memiliki ambang toleransi psikologis yang lebih tinggi. Berolahraga secara teratur dan terencana membantu mengurangi risiko stres. Kegiatan fisik yang disarankan meliputi jogging, jalan kaki, berenang, atau bersepeda dengan intensitas ringan hingga sedang selama minimal 20 menit, tiga kali seminggu. Aktivitas fisik ini juga merangsang pelepasan hormon endorfin yang membuat mahasiswa merasa lebih bahagia dan bersemangat.
Kesimpulannya, tugas dan kesibukan adalah bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan mahasiswa, sehingga manajemen waktu dan kesehatan yang baik sangat penting. Menjaga pola makan yang seimbang dan berolahraga secara rutin bisa membantu mahasiswa menghadapi stres. Dengan mengikuti tips ini, mahasiswa diharapkan lebih mudah mengatasi tugas-tugas dan kesibukan mereka.
Sumber:
- https://hpu.ugm.ac.id/2022/06/20/nugas-bikin-stress-bagaimana-cara-mengatasinya/
- https://www.freepik.com/free-photo/little-girl-studying-concentrated_851550.htm#fromView=search&page=1&position=1&uuid=315573ae-c7c3-4350-beff-acd0b41cb8d0
