“KURIKULUM 2013, SIAPA TAKUT?”
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Alma Ata mengadakan Seminar Pendidikan bertema “ Kurikulum 2013, Siapa Takut” pada tanggal 4 Agustus 2016 dengan narasumber I adalah Dr. Aninditya Sri Nugraheni, S.Pd., M.Pd dan narasumber II adalah Hartati Rahayu, M.Pd. Seminar tersebut dihadiri oleh guru SD/MI, mahasiswa, dan dosen. Pelaksanaan seminar ini dimuat dalam Warta Kampus Tribun Jogja edisi tanggal 5 Agustus 2016.
Menurut Aninditya, Kurikulum 2013 adalah reaksi terhadap kurikulum 2006, dimulai dari keresahan para akademisi terkait dengan tidak seimbangnya hardskill dan softskill yang didapatkan oleh peserta didik di bangku sekolah, dimana masih banyak peserta didik yang terlibat narkoba, kehidupan bebas, dan tawuran. Tingkat kriminalitas remaja dan anak sekolah yang makin meningkat menjadi suatu keprihatinan tersendiri di negeri ini. Kurikulum yang berlaku saat ini adalah Kurikulum 2013 edisi revisi bukan Kurikulum Nasional.
Untuk itulah penekanan pada karakter menjadi perihal utama sebagai ide awal melahirkan kurikulum baru. Mengamati fenomena tersebut, pendidikan karakter sangat diperlukan di tengah-tengah kehidupan Bangsa yang sedang mengalami kemerosotan moral meskipun Indonesia sudah menjadi bangsa yang merdeka lebih dari lima dekade. Pemberlakuan kurikulum 2013 oleh Kementrian Pendidikan Nasional dari tingkat sekolah dasar diharapkan dapat mewujudkan siswa yang berkarakter.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Dengan kata lain, Kurikulum 2013 merupakan sebuah bentuk penyempurnaan pola pikir dari kurikulum sebelumnya.
Pengembangan Kurikulum 2013 ini diawali oleh adanya perkembangan IPTEKS yang semakin pesat. Hal tersebut mengubah cara kita bekerja, hidup, bermain, dan belajar. Selain itu, adanya keprihatinan akan hardskill dan softskill peserta didik yang tidak seimbang karena apa yang diajarkan di bangku sekolah lebih menekankan kemampuan kognitif. Tingginya angka kriminalitas remaja dan anak sekolah juga menjadi suatu keprihatinan tersendiri di negeri ini. Oleh karena itu, Kurikulum 2013 dikembangkan sebagai salah satu solusi untuk membangun softskills dan hardskills peserta didik yang seimbang dan sesuai dengan cita-cita pendidikan nasional Indonesia.
Hartati menambahkan bahwa kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogi modern yaitu pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Selanjutnya, kurikulum 2013 juga menekankan pendekatan tematik integratif dalam proses pembelajaran. Mengacu pada uraian tersebut, pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah pendekatan tematik-integratif.
Pembelajaran tematik integratif penting untuk dilaksanakan karena mampu meningkatkan soft skill dan hard skill siswa berdasarkan proses pembelajarannya yang aktif, menarik, dan bermakna. Pernyataan tersebut juga memberi arti bahwa pembelajaran tematik integratif memberi peluang besar bagi guru untuk mengembangkan tiga kompetensi yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berujung pada pribadi manusia yang memiliki good character.
0 Comments
Leave a reply
You must be logged in to post a comment.