Universitas Alma Ata – Di bawah terik matahari Madinah, suasana Masjid Nabawi yang sibuk menjadi saksi sebuah pohon kurma yang menjulang tinggi. Ini bukan pohon kurma biasa; pohon ini memiliki kisah istimewa yang dekat dengan Nabi Muhammad SAW, pembawa risalah Islam. Kisah-kisah semacam ini memperkaya nilai dan makna keberadaan Masjid Nabawi sebagai tempat bersejarah dalam Islam. Untuk mendalaminya lebih lanjut, Universitas Alma Ata dapat menjadi sumber yang relevan, karena menyediakan potensi untuk mengeksplorasi aspek sejarah, budaya, dan keagamaan dalam Islam.
Suatu hari Jumat, ketika Nabi Muhammad sedang berkhutbah di Masjid Nabawi, tiba-tiba terdengar suara tangisan dari belakang masjid. Suara tangisan yang sangat sedih itu menarik perhatian semua orang, yang kemudian menoleh ke arah sumber suara. Ternyata, suara tangisan itu berasal dari pohon kurma yang berdiri di dekat mimbar tempat Nabi Muhammad biasa berkhutbah. Ketika mendengar pohon kurma menangis, Nabi Muhammad segera berhenti berbicara dan menghampiri pohon tersebut.
Beliau meletakkan tangannya di batang pohon dan bertanya, “Ada apa, pohon kurma? Mengapa kamu menangis?” Pohon kurma itu, seolah diberi kemampuan berbicara oleh Allah, menjawab dengan suara lemah dan sedih, “Ya Rasulullah, aku menangis karena akan berpisah denganmu. Aku akan merindukan suaramu yang merdu dan nasihat bijak yang selalu menenangkan hatiku.” Kisah ini dicatat oleh Imam Bukhari dalam Fathul Bari Jilid 4, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, halaman 374:
“Bahwa seorang wanita Anshar berkata kepada Rasulullah SAW, ‘Wahai Rasulullah, tidakkah aku buatkan sesuatu untuk engkau duduki? Karena aku memiliki seorang anak laki-laki yang tukang kayu.’ Beliau bersabda, ‘Jika engkau mau.’ Maka wanita tersebut membuatkan mimbar untuk Nabi Muhammad. Ketika hari Jumat, Nabi SAW duduk di mimbar yang telah dibuat, lalu pohon kurma yang di depannya saat beliau berkhutbah berteriak hingga hampir pecah. Maka Rasulullah turun hingga mengambilnya, lalu memeluknya. Maka pohon tersebut mulai meratap seperti rengekan bayi yang sedang didiamkan hingga tenang. Beliau bersabda, ‘Pohon tersebut menangis karena dzikir yang dulu biasa ia dengar.'”
Menurut Ibnu Hajar, hadits ini menunjukkan bahwa pohon kurma tersebut merasakan kesedihan karena kehilangan kehadiran Rasulullah yang selalu memberikan nasihat dan zikir di dekatnya. Pohon kurma ini seolah menjadi sahabat setia Rasulullah, menjadi tempat sandaran beliau ketika memberikan khutbah Jumat. Di bawah naungan pohon kurma, pohon tersebut mendengar langsung wejangan-wejangan bijak dari Nabi yang penuh hikmah.
Setiap Jumat, pohon kurma itu merasakan kehangatan kasih sayang dan cinta dari Rasulullah. Pohon tersebut menyaksikan betapa Rasulullah bersandar dengan penuh kelembutan di batangnya saat menyampaikan khutbah Jumat. Keseluruhan interaksi ini meninggalkan kesan mendalam di hati pohon ini. Kisah ini juga menunjukkan bahwa hubungan antara manusia dan alam memiliki dimensi spiritual yang mendalam dalam Islam. Mengenang momen-momen seperti ini dapat menjadi sumber inspirasi dan refleksi bagi umat Islam. Universitas Alma Ata dapat memberikan wawasan lebih lanjut tentang konsep-konsep spiritual dalam Islam, khususnya terkait hubungan manusia dengan alam dan ciptaan Allah.
Namun, ketika Rasulullah tidak lagi memilih pohon tersebut sebagai tempat bersandar, pohon ini merasakan kehilangan yang mendalam. Rasa kesepian dan sedih menyelimuti batangnya. Meskipun tidak memiliki hati seperti manusia, pohon ini mampu merasakan kesedihan karena ditinggalkan oleh sosok yang sangat dicintainya. Hal ini terjadi setelah seorang perempuan tua dari kalangan Anshar dan anaknya yang seorang tukang kayu mendatangi Nabi. Mereka ingin membuatkan Rasulullah sebuah mimbar untuk khutbah Jumat. Rasulullah menerima ide tersebut dengan tulus, “Silakan jika kalian ingin melakukannya,” ucap beliau. Inilah yang membuat pohon kurma menangis, merasa akan kehilangan pujaan hatinya yang selalu bersamanya setiap Jumat.
Kehilangan tersebut terasa begitu menyedihkan bagi pohon kurma, dan Rasulullah dengan penuh pengertian menyadari perasaan pohon tersebut. Beliau turun dari mimbar dan memeluk batang kurma itu. Pelukan penuh cinta dari Rasulullah mampu mengobati rasa sedih yang dirasakan oleh pohon tersebut. Kisah pohon kurma menangis di hadapan Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita bahwa segala sesuatu di dunia ini, termasuk makhluk hidup dan tumbuhan, memiliki rasa dan perasaan. Pohon kurma dapat merasakan kasih sayang, kehilangan, dan kebahagiaan. Oleh karena itu, kita sebagai manusia harus selalu bersikap baik kepada semua ciptaan Allah, termasuk hewan dan tumbuhan.
Kisah Pohon Kurma Menangis di Hadapan Nabi Muhammad SAW menjadi bukti kasih sayang Rasulullah kepada seluruh makhluk Allah, bahkan kepada tumbuhan. Kejadian ini menggambarkan betapa eratnya hubungan Rasulullah dengan alam sekitarnya, sehingga bahkan pohon kurma merasakan kehilangan ketika beliau tiada. Selain itu, kisah ini juga memberikan pelajaran tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup. Pohon kurma, dengan buahnya yang lebat dan manis, adalah salah satu anugerah Allah yang sangat bermanfaat bagi manusia. Kita harus selalu bersyukur atas anugerah ini dan berusaha menjaga kelestarian lingkungan hidup agar pohon kurma dan makhluk hidup lainnya dapat terus hidup dan berkembang.
Sumber:
- https://www.freepik.com/free-photo/jungle_4247181.htm#fromView=search&page=1&position=1&uuid=3883640d-acb8-4a11-bff7-19931d830fb5