Kisah Para Khalifah Islam Merayakan Idul Fitri dalam Sejarah

Kisah Para Khalifah Islam Merayakan Idul Fitri dalam Sejarah

Universitas Alma Ata – Bro, setelah kita menjalani Ramadan dengan penuh sukacita dan tawa, saatnya merayakan Idul Fitri! Di sini, bukan hanya soal merayakan, tetapi juga mencari pengampunan dan menjaga tali silaturahmi. Di kampung halaman kita, ada yang mengadakan pawai takbiran dengan mobil dan berziarah ke makam leluhur. Di Universitas Alma Ata, kita bisa mendalami bagaimana para khalifah Islam merayakan Idul Fitri dalam sejarah.

Bayangkan, di masa lalu, pada zaman raja-raja dan penguasa, Idul Fitri adalah momen untuk menunjukkan kekuatan Islam. Mereka keluar dengan pasukan besar dan upacara khusus, menyanyikan lagu-lagu yang mengagumkan orang lain. Jadi, bukan hanya kita yang memiliki tradisi seru, kan?

Wow, mengejutkan bahwa tradisi keren ini berlanjut hingga masa Sultan Abdul Hamid! Sultan ini benar-benar luar biasa, bro. Dia adalah sultan ke-34 dari dinasti Ottoman, dikenal karena rasa keadilan yang tinggi dan kepeduliannya terhadap Islam dan rakyatnya.

Selama Idul Fitri, Sultan Abdul Hamid akan membawa pasukannya sambil mengucapkan takbir! Itu terdengar seperti momen paling epik, bukan? Bayangkan, tentara yang kuat berbaris sambil mengucapkan takbir, pasti membuat suasana sangat meriah.

Jadi, tidak heran dia dikenal sebagai pemimpin yang tidak hanya unggul dalam kepemimpinan tetapi juga membuat perayaan Idul Fitri luar biasa. Sultan Abdul Hamid benar-benar juara, bro!

Kisah keren tentang Sultan Abdul Hamid ini bukan hanya legenda, bro. Habib Muhammad bin Ahmad bin Umar Asy-Syatiri, seorang penulis besar, mengabadikan semua ini dalam salah satu bukunya. Dia berkata: وَمُلُوْكُ الْمُسْلِمِيْنَ يُسْتَحَبُّ لَهُمْ اِظْهَارُ الْقُوَةِ وَعِزِّ الْاِسْلَامِ. كَانَ الْمُلُوْكُ السَّابِقُوْنَ يَقُوْمُوْنَ بِاسْتِعْرَاضِ الْجُيُوْشِ، وَأَخِرُهُمْ السُّلْطَانُ عَبْدُ الْحَمِيْدِ، وَهُوَ أَخِرُ مُلُوْكِ الْمُسْلِمِينَ. اِسْتَمَرَّتْ خِلَافَتُهُ ثَلَاثِينَ سَنَةً، وَكَانَ قَوِيَ الْاِيْمَانِ مُخْلِصًا لِدِيْنِهِ وَرَعِيَّتِهِ

Terjemahan: “Para pemimpin Muslim disarankan untuk menunjukkan kekuatan dan kemuliaan Islam (pada Idul Fitri). Raja-raja sebelumnya biasa menunjukkan (kekuatan dan kemuliaan Islam) dengan memamerkan pasukan mereka, dan yang terakhir melakukannya adalah Sultan Abdul Hamid, pemimpin terakhir umat Islam. Kekhalifahannya berlangsung selama tiga puluh tahun. Dia adalah orang yang kuat imannya, tulus dalam perjuangannya untuk agama dan rakyatnya.” (Habib Ahmad Asy-Syatiri, Syarhu Yaqutun Nafis fi Mazhabi ibn Idris, [Darul Minhaj: 2009], halaman 177).

Wow, bukan hanya pasukan yang menjadi pusat perhatian, bro. Raja-raja masa lalu juga membawa pemuda pemberani untuk bergabung dalam acara seru ini. Bayangkan, semua orang mengenakan seragam rapi, bukan hanya tentara tetapi juga penunggang kuda.

Jadi, jika kita melihatnya, semuanya sangat terorganisir. Kavaleri, pasukan bermotor, semua berbaris dalam kelompok masing-masing. Rasanya seperti menonton parade keren tetapi dalam suasana yang lebih megah dan serius.

وَمِنْ عَادَاتِهِ فِي يَوْمِ الْعِيْدِ أَن يَخْرُجَ فِي الْحَرسِ، اَلَّذِي يُقَدَّرُ بِثَلَاثِيْنَ أَلْفٍ مِنَ الشَّبَابِ الشَّجعَانِ الْمُوَحِّدِي اللِّبَاسِ، تَتَقَدَّمُهُمُ السَّيَّارَاتُ وَالْعرَبَاتُ، وَيُنْشِدُوْنَ لَهُ السَّلَامَ الْمُلْكِي، وَيَعْتَزُّ كُلُّ الْمُسْلِمِيْنَ بِهِ

Terjemahan: “Dan di antara kebiasaannya (Sultan Abdul Hamid) pada hari Idul Fitri adalah keluar dengan pengawal kerajaan, yang terdiri dari tiga puluh ribu pemuda pemberani berseragam. Di depan mereka ada banyak pasukan bermotor dan berkuda, mereka menyanyikan lagu-lagu untuknya (raja) dan memberi salam kerajaan. Dengan kebiasaan ini, umat Islam merasa terhormat (di mata penganut agama lain).” (Habib Ahmad Asy-Syatiri, 177).

Kisah-kisah para khalifah Islam merayakan Idul Fitri dalam sejarah memang menawarkan banyak pelajaran, bro! Selain menunjukkan persatuan dan solidaritas umat Islam, mereka juga menjelaskan bagaimana raja-raja masa lalu bekerja keras untuk menjaga persatuan dan solidaritas kita. Mereka sangat serius dalam memastikan umat Islam tetap berada di jalur yang sama, jalur persatuan.

Di Universitas Alma Ata, kita bisa belajar tentang betapa pentingnya persatuan dalam Islam. Persatuan adalah seperti jiwa kehidupan, pondasi kekuatan untuk kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pada dasarnya, persatuan adalah kunci untuk mencapai hasil maksimal.

Allah SWT juga menekankan pentingnya persatuan dalam Al-Quran:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

Terjemahan: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.” (QS Ali ‘Imran [3]: 103).

Jadi, itulah kisah menarik tentang para khalifah Islam merayakan Idul Fitri dalam sejarah. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga Idul Fitri kita lebih diberkahi dan bermakna. Ameen. Wallahu a’lam.

Sumber:

  • https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/kisah-pemimpin-islam-terdahulu-dalam-merayakan-hari-raya-rzZtg
  • https://www.freepik.com/free-ai-image/three-wise-men-celebration_94783846.htm#fromView=search&term=Kisah+khalifah++Islam+dalam+Sejarah+Merayakan+Hari+Raya&track=ais_ai_generated&regularType=ai&page=1&position=3&uuid=8a60e77b-1753-427b-945d-18356c61e170
1
Silahkan berkirim pesan kepada kami

Saluran ini khusus untuk informasi PMB, Untuk informasi selain PMB silahkan menghubungi Customer Service kami di nomer telepon.
0274-434-22-88
atau silahkan mengakses laman
https://almaata.ac.id/customer-service/
Terimakasih.