Universitas Alma Ata – Lalu bagaimana sebaiknya remaja Indonesia membudayakan literasi dengan tantangan global seperti ini? Budaya literasi dimaksudkan agar kita menjadi pribadi yang intelek dan memiliki keterampilan atau skill. Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kecerdasan dan pengetahuannya masyarakatnya, sedangkan kecerdasan dihasilkan oleh seberapa banyak ilmu pengetahuan yang didapatkan, dan ilmu pengetahuan diperoleh dari informasi baik lisan maupun tulisan. Semakin banyak penduduk suatu wilayah mencari ilmu pengetahuan, semakin tinggi peradabannya, dan budaya suatu bangsa berjalan seiring dengan budaya literasi. Sebagai remaja penerus bangsa, kita harus sadar bahwa era globalisasi meningkatkan daya saing antara sumber daya manusia. Kecerdasan dan keterampilan sangat dibutuhkan agar bisa bersaing di era global. Jika kita tidak memanfaatkan internet dengan baik dan tidak memiliki minat membaca buku, lalu dari mana kita bisa memperoleh kecerdasan itu? Untuk memiliki suatu keterampilan pun kita juga membutuhkan buku atau bacaan.
Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa remaja harus bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang terjadi dengan lebih memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan. Kehadiran internet seharusnya membawa dampak positif bagi remaja dalam menimba ilmu pengetahuan, bukannya malah mengurangi kecerdasan. Penanaman budaya literasi pada setiap individu dapat berjalan dengan baik jika individu-individu tersebut mengetahui bagaimana cara menggunakan dan memanfaatkan teknologi dengan baik dan bijak. Ada begitu banyak yang bisa didapatkan melalui internet jika kita memanfaatkannya dengan baik, terutama bagi kalangan remaja sudah sangat akrab dengan internet. Jika malas membaca buku konvensional, membaca di dunia maya pun bisa dengan bahan bacaan yang informatif dan memiliki sumber yang jelas agar terhindar dari berita bohong atau yang kita ketahui dengan sebutan “hoax”. Teknologi juga telah menyediakan fasilitas buku digital yang dapat dengan mudah diakses melalui telepon seluler untuk memudahkan kita membaca buku tanpa batas. Kita juga bisa memanfaatkan internet untuk mengasah kemampuan menulis dengan mengunggah tulisan-tulisan kita agar dibaca oleh publik. Dengan begitu, ilmu yang kita dapatkan dengan fasilitas internet, selain bermanfaat untuk diri kita sendiri, juga bagi orang lain dan lingkungan sekitar agar menjadi seorang remaja yang berguna bagi bangsa dan negara.
Literasi media atau kemelekan media (melek media) adalah kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mengkonstruksi pencitraan media. Kemampuan untuk melakukan hal ini ditujukan agar pemirsa sebagai konsumen media (termasuk anak-anak) menjadi sadar (melek) tentang cara media dikonstruksi (dibuat) dan diakses. Penerapan literasi digital dapat membuat masyarakat jauh lebih bijak dalam menggunakan serta mengakses teknologi. Dalam bidang teknologi, khususnya informasi dan komunikasi, literasi digital berkaitan dengan kemampuan penggunanya. Keterampilan literasi digital membantu siswa menguasai kemampuan mereka untuk memahami dan menavigasi tantangan ini secara efektif, menjadikan mereka warga digital yang lebih bertanggung jawab.
Literasi media bertujuan membantu konsumen agar memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang isi media, sehingga dapat mengendalikan pengaruh media dalam kehidupannya.Untuk melindungi konsumen yang rentan dan lemah terhadap dampak media penetrasi budaya media baru. Para siswa belum dapat menggunakan gadget secara bijak dan maksimal. Ini dilihat dari rendahnya prestasi. Sedangkan penguatan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah adalah berupa kegiatan literasi. Pemahaman baru terhadap literasi digital yang berakar pada literasi komputer dan literasi informasi. Literasi komputer berkembang pada saat komputer mikro semakin luas dipergunakan tidak saja di lingkungan bisnis tetapi juga pada masyarakat. Sedangkan literasi informasi menyebar luas manakala informasi semakin mudah disusun, diakses, disebarluaskan melalui teknologi informasi berjejaring sosial. Di mana manusia siswa dan rendahnya karakter siswa itu sendiri terutama karakter tanggung jawab mereka. Mereka sering lupa dengan peran dan kewajiban mereka sebagai seorang pelajar, anak, masyarakat serta umat Tuhan YME.
Sumber:
- Raka, Gede. 2011. Pendidikan Karakter di Sekolah. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta
- https://www.freepik.com/free-vector/person-different-ages_6438033.htm#fromView=search&page=1&position=46&uuid=f0676cdd-99b3-4dc6-9b7c-e3c5eae92b8c