Editor: Ikrob Didik Irawan
TRIBUNJOGJA.com – (21/3/2022) SETELAH munculnya covid-19 varian delta, kali ini muncul varian baru yaitu varian omicron. Varian baru ini diketahui lebih cepat penyebarannya. Berdasarkan data dari dinas kesehatan DIY per tanggal 13 maret 2022 bahwa kasus covid-19 yang terkonfirmasi positif sebanyak 781 kasus.
Ditengah melonjaknya kasus omicron, diperlukan pengetahuan untuk menjaga sistem kekebalan tubuh kita agar tetap kuat menghadapi pandemik ini. Omicron semakin brutal, maka kita perlu meningkatkan sistem imun tubuh kita agar virus omicron mental.
Covid-19 disebabkan oleh virus. Virus menyerang saluran nafas sehingga mengakibatkan penyakit infeksi saluran pernafasan. Gejala yang ditimbulkan baik yang ringan sampai berat, bahkan dibeberapa orang tidak menimbulkan gejala. Infeksi virus pada umumnya merupakan self-limiting desease yang bisa sembuh dengan sendiri dengan meningkatkan daya tahan tubuh.
Sistem imun di dalam tubuh kita bekerja seperti layaknya tentara, yang menjaga sistem pertahanan tubuh terhadap paparan substansi asing ke dalam tubuh kita. Sistem imun bekerja dengan cara mengenali dan membunuh substansi asing tersebut.
Kekebalan tubuh dapat dijaga dan ditingkatkan dengan mengkonsumsi vitamin maupun herbal dari alam yang berkhasiat sebagai imunomodulator. Imunomodulator adalah suatu sunstansi yang dapat menstimulasi sistem imun sehingga meningkatkan aktivitas sistem imun dalam melawan infeksi atau penyakit.
Indonesia kaya akan tanaman herbal. Tanaman herbal telah terbukti secara turun temurun mampu bertindak sebagai imunomodulator, mencegah tindakan antagonis pada stres oksidatif, serta perannya dalam memerangi penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus. Berikut ini merupakan contoh tanaman herbal yang dapat dijadikan sebagai imunomodulator:
1. Alliun sativum (Bawang putih)
2. Aloe vera (Lidah buaya)
3. Andrographis paniculata (Sambiloto)
4. Black pepper (Lada hitam)
5. Blumea balsamifera (Sembung)
6. Centella asiatica (Pegagan)
7. Cinnamomum burmannii (Kayu manis)
8. Citrus sinensis (Jeruk manis)
9. Curcuma longa (Kunyit)
10. Curcuma xanthorrhiza (Temulawak)
11. Cymbopogon citratus (Sereh; Serai)
12. Hylocereus sp (Buah naga)
13. Kaempferia galanga (Kencur)
14. Moringa oleifera (Kelor)
15. Nigella sativa (Jintan hitam)
16. Phyllanthus niruri (Meniran hijau)
17. Phyllanthus urinaria (Meniran merah)
18. Psidium guajava (Jambu biji)
19. Syzygium aromaticum (Cengkeh)
20. Syzygium polyanthum (Salam)
21. Sonchus arvensis (Tempuyung)
22. Zingiber officinale (Jahe)
Penggunaan imunomodulator bagi kepentingan pengobatan untuk mengurangi keparahan, mempercepat masa penyembuhan, memperkecil angka kekambuhan serta meringankan biaya terapi. Mekanisme aktivitas imunomodulasi terjadi terutama melalui stimulasi fagositosis, aktivasi makrofag, menurunkan sitokin proinflamasi, efek imunostimulan pada peritoneal makrofag, stimulasi sel limfoid dan lainnya. Namun, jika tanaman lokal ini akan diformulasikan sebagai obat COVID-19, harus telah melalui beberapa tahap uji salah satunya uji klinis. Uji klinis dilakukan untuk memberikan jaminan kepastian manfaat dan keamanan suatu obat atau obat herbal. Tidak semua obat herbal bebas risiko efek samping sehingga uji klinik ini perlu dilakukan untuk obat herbal demi menghindari adanya bahaya bagi masyarakat.
Dengan dilakukan uji klinis ini dosis, mekanisme kerja obat, efektivitas, efek samping dan keamanan obat tersebut telah teruji, dan diketahui secara pasti, sehingga produk dapat dilepas dan diedarkan di kalangan masyarakat. Tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional, menjadi peluang dan tantangan oleh industri obat sampai usaha kecil obat tradisional serta profesi kefarmasian untuk mengembangkan dan meningkatkan peran sediaan herbal dalam pembangunan kesehatan.
Standardisasi bahan baku dan obat jadi, pembuktian efek farmakologi dan informasi tingkat keamanan obat herbal merupakan tantangan bagi farmasis agar pengembangan obat herbal semakin maju dan dapat diterima oleh masyarakat luas. (*)
Sumber : https://jogja.tribunnews.com/2022/03/21/omicron-semakin-brutal-healing-dengan-herbal?page=4