Penulis : Yvesta Putu Ayu Palupi , Editor : Putut Wiryawan
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA — (24/12/2021) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) disebut juga bayi kecil dengan berat lahir yang kurang dari 2.500 gram. Kondisi ini sangat serius karena berisiko terhadap kesakitan dan bahkan kematian bayi. BBLR akan memiliki risiko tinggi terhadap keterlambatan tumbuh kembang, seperti gangguan kognitif dan kondisi stunting. Selain itu bayi berisiko penyakit kronis yakni masalah obesitas, diabetes, dan penyakit jantung saat anak dewasa.Kejadian BBLR dalam 3 tahun terakhir ini fluktuatif dan tercatat 11,37% kasus secara nasional. Provinsi DIY sendiri terjadi peningkatan sebesar 5,7% kasus pada tahun 2019. Penyebab kematian bayi terbanyak adalah kondisi BBLR sebesar 35,3%.
“Perawatan BBLR sangat penting termasuk pemberian makan pada bayi,” ujar dosen Prodi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Alma Ata (UAA), Ns. Anafrin Yugistyowati, M.Kep., Sp.,Kep.,An, Kamis (23/12). Menurut Anafrin, pemeliharaan suhu tubuh bayi serta perawatan tali pusar dan kulit haris dilakukan secara kontinyu. Yang tak kalah penting mendeteksi dini dan pengobatan infeksi dan komplikasi termasuk gangguan pernapasan. Perawatan BBLR yang tepat untuk mencegah risiko penyakit infeksi dan komplikasi penyakit lain, serta meningkatkan tumbuh kembang bayi. “Perilaku merawat BBLR tidak bisa terlepas dari budaya setempat. Riset yang saya lakukan menunjukkan bahwa perawatan BBLR berupa perawatan tali pusar yang salah dan penggunaan gurita masih ada di masyarakat. Hal ini menjadi perhatian khusus bagaimana keluarga harus dibekali edukasi dan informasi yang benar tentang perawatan BBLR yang sudah tidak dianjurkan lagi. Selain itu praktik menjaga kestabilan tubuh bayi melalui perawatan metode Kanguru di rumah jarang dilakukan keluarga,” jelasnya.
Banyak strategi yang sudah dilakukan untuk meningkatkan kesehatan bayi dengan risiko tinggi dalam hal ini BBLR. Pemerintah kabupaten bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, rumah sakit, puskesmas dan stakeholder terkait telah banyak melakukan pembenahan fasilitas perawatan anak. Adanya aplikasi sistem informasi dan inovasi pelayanan publik yaitu jejaring peduli kesehatan ibu dan anak, merupakan salah satu strategi yang bertujuan untuk mengatasi masalah kesehatan bayi agar secara cepat, tepat dan selamat mendapatkan pelayanan. Apalagi kesalahan merawat BBLR salah satunya disebabkan oleh proses transfer informasi yang kurang tepat selama perawatan di RS. Karenanya keterlibatan peran orang tua selama perawatan bayi dan proses edukasi saat pemulangan harus dipastikan oleh tenaga kesehatan. “Ini untuk memastikan kesiapan dalam pengetahuan dan keterampilan merawat bayi saat di rumah nanti,” paparnya.
Banyak inovasi untuk perawatan BBLR di rumah yang juga dapat dikenalkan kepada orang tua. Salah satunya penggunaan nesting atau tempat tidur bayi yang menyerupai rahim ibu. Penggunaan nesting ini bertujuan agar suhu badan stabil dan mempercepat penambahan berat badan bayi dengan tidur yang terjaga dan minim gangguan. Inovasi berupa “Nesting Portable” ini merupakan salah satu temuan mahasiswa Prodi S1 Ilmu Keperawatan UAA dalam hibah Program Kreativitas Karsa Cipta Kemenristek Dikti dan telah diaplikasikan dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Guwosari, Pajangan, Bantul. Penanganan melalui upaya-upaya strategis bagaimana menguatkan upaya promotif dan preventif mencegah faktor risiko BBLR peningkatan skrining dan deteksi dini kelahiran BBLR. Penguatan upaya pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam perawatan BBLR melalui penguatan posyandu balita juga dilakukan. “Perbaikan mutu pelayanan kesehatan primer sebagai garda depan, juga penanggulangan masalah BBLR perlu upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagai satu kesatuan continuum of care,” imbuhnya. (*)
Sumber : https://koranbernas.id/orang-tua-perlu-deteksi-berat-badan-bayi#.YcVptvJ1BdQ.whatsapp