Editor : Danar Widiyanto
YOGYA, KRJOGJA.com – (28/12/2021) Indonesia memiliki target untuk mencapai generasi emas di tahun 2045. Untuk itu, harus didukung pembangunan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dimulai sejak 1000 hari pertama kehidupan agar mencegah anak terlahir stunting. Pemerintah menggandeng Perguruan Tinggi meluncurkan program Mahasiswa Peduli Stunting atau disebut Mahasiswa Penting. Program itu merupakan bentuk pendampingan kepada keluarga berisiko stunting.
“Pemerintah menggandeng perguruan tinggi khususnya mahasiswa agar mereka ikut memberikan edukasi terutama kepada calon pengantin, ibu hamil berisiko, dan ibu menyusui. Namun perlu diingat karena ini upaya pencegahan maka tidak ada kata berhenti dan harus terus dilakukan,” ujar Prof.Dr.Evy Damayanthi, MS, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB, dalam Seminar Nasional, Program Penelitian Kebijakan MBKM dan Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Hasil Penelitian dan Purwarupa PTS Kerjasama Universitas Alma Ata dengan Ditjen Ristek Tahun 2021. Seminar digelar di Hotel Pandanaran Yogya secara luring dan daring, Senin (27/12/2021).
Presiden Joko Widodo, telah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Oleh karena itu, target penurunan angka stunting hingga 14 persen di 2024 harus benar-benar digenjot dengan melibatkan semua pihak, termasuk perguruan tinggi.
“Stunting ini bukan hanya concern orang kesehatan saja, tapi seluruh lintas ilmu. Maka saat memberikan edukasi, mahasiswa juga bisa melakukannya lewat pendekatan budaya setempat dan memberikan contoh. Saya kira program Mahasiswa Penting ini merupakan inovasi dan upaya nyata pencegahan stuntiny yang sejalan dengan program KKN tematik mahasiswa dan Kampus Merdeka yang sudah dijalankan oleh perguruan tinggi, sebagai penanggungjawab percepatan penanganan stunting sesuai amanat Perpres No. 72/2021,” jelas Sang Kompiang Wirawan PhD, Direktur Program Innovatif Academy UGM.
“Stunting ini jadi masalah atau hambatan menuju 2045. Kita gandeng mahasiswa agar mereka ikut memberikan edukasi terutama kepada calon pengantin, ibu hamil berisiko, dan ibu menyusui. Namun perlu diingat karena ini upaya pencegahan maka tidak ada kata berhenti dan harus terus dilakukan,” jelas Prof. Dr. H Hamam Hadi , MS.,Sc.D.,Sp.GK, Rektor Universitas Alma Ata yang juga Ketua ACHEAF.
Sementara masyarakat dalam hal ini pemerintahan desa merasa terbantu dengan pelibatan perguruan tinggi dalam upaya pencegahan stunting ini. Pemahaman masyarakat semakin meningkat dan upaya untuk mencegah bahaya stunting semakin dipahami masyarakat khususnya di pedesaan. “Pendampingan mahasiswa kami rasakan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pencegahan stunting di tingkat keluarga. Peran dan keterlibatan mahasiswa di perguruan tinggi memiliki potensi dalam melakukan edukasi kepada masyarakat, sekaligus mengaplikasikan ilmu untuk pemberdayaan masyarakat,” ujar Masduki Rahmad, Kepala Desa Guwosari.(*)