Editor : Danar Widiyanto
BANTUL, KRJOGJA.com – (21/11/2021) Pada masa pandemi covid-19 sudah berjalan hampir 2 tahun ternyata berdampak terhadap kehidupan warga masyarakat. Salah satunya segi ekonomi, dengan pendapatan warga yang semakin menurun menyebabkan daya beli rendah.
Salah satunya dirasakan warga Dusun Kabrokan Kulon, terletak di Kalurahan Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai buruh, petani dan wiraswasta khususnya peternakan ayam. Selama masa pandemi ini pendapatan masyarakat menurun drastis dikarenakan harga jual telur rendah dan tidak sebanding dengan modal untuk pakan ayam.
Letak geografis Dusun Kabrokan Kulon ternyata sangat indah dengan pegunungan yang masih asri. Potensi di Kabrokan Kulon yang bisa dikembangkan selain pertanian dan peternakan adalah Curug Banyunibo. Curug Banyunibo terletak di RT 03 Dusun Kabrokan Kulon, Sendangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta. Curug Banyunibo merupakan air terjun di karang yang besar dan turun ke danau kecil yang airnya berwarna hijau kebiruan. Curug Banyunibo sangat indah dan asri untuk menenangkan pikiran dan wisata bersama keluarga maupun teman.
“Kami mendapat sebuah inspirasi dari potensi tersebut untuk menpopulerkan curug Banyunibo sebagai wisata alam yang nantinya dapat bisa menambah penghasilan warga dusun setempat. Sesuai dengan tema KKN tematik kali ini yaitu mengenai ketahanan pangan, maka harapannya dengan ekonomi masyarakat yang terbantu nantinya ketahanan pangan masyarakat juga terpenuhi,” ujar Herni Dwi Herawati,S.Gz.,MPH dosen pembimbing KKN Tematik 02 Sendangsari Universitas Alma Ata (UAA) di dusun tersebut.
Pada hari Minggu (03/10/2021) mahasiswa UAA bersama karang taruna dusun tersebut melaksanakan bersih Curug Banyunibo dan mengambil gambar untuk konten promosi di sosial media. Diharapkan dengan adanya kegiatan tersebut, masyarakat Dusun Kabrokan Kulon tergugah kesadarannya untuk terus menjaga kebersihan kawasan tersebut.
“Kami juga berharap kegiatan ini sangat bermanfaat, masyarakat setempat semangat untuk melestarikan dan masyarakat luar tertarik untuk mengunjunginya, sehingga Curug Banyunibo kembali populer. Dahulu kawasan ini sempat beroperasi dan lumayan ramai, namun karena kondisi alam yang terkadang kurang mendukung, seperti aliran air yang terkadang terhambat sampah dan tak terawat membuat Curug Banyunibo kembali sepi,” tutur salah satu pemuda setempat. (Salma Alfina Putri Nada)