Editor : Danar Widiyanto
BANTUL, KRJOGJA.com – (21/11/2021) Mahasiswa dan Dosen Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat Program Magister Universitas Alma Ata atau yang lebih dikenal Alma Ata Graduate School of Public Health (AAGSPH) melaksanakan giat Pengabdian Kepada Masyarakat tentang edukasi pencegahan stunting.
Kegiatan yang telah dilaksanakan pada Sabtu (6/11/2021) bertempat di Dusun Iroyudan, Guwosari, Pajangan, Bantul. Dengan menyasar peserta pengabmas mulai dari kelompok remaja, ibu hamil, dan ibu yang sedang memiliki anak usia 0-59 bulan, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang pencegahan dan penanganan stunting pada remaja putri, ibu hamil dan ibu balita yang mengalami stunting.
Dalam paparan materi yang bertema “Sosialisasi Pencegahan dan Penanganan Stunting Sebagai Upaya Mewujudkan Generasi Unggul di Dusun Iroyudan Kelurahan Guwosari”, Sigit Nugroho, S.Gz menekankan perlu adanya perhatian dan kepekaan dari orang tua dan pengasuh anak dalam mencegah terjadinya stunting.
“Stunting merupakan kegagalan pertumbuhan yang diakibatkan karena adanya gangguan asupan gizi ataupun penyakit yang terjadi secara kronis, dan umumnya terjadi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Masalah stunting berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan, kematian dan hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun mental sehingga dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia yang akan datang,” ujar Sigit Nugroho, S.Gz.
Pemerintah telah menetapkan program prioritas nasional percepatan penurunan stunting dengan target menjadi 14% pada tahun 2024. Dalam mencapai target yang telah ditetapkan tersebut, tentunya perlu ada upaya dan kerjasama dari berbagai pihak termasuk melakukan koordinasi antar pemerintah dari pusat sampai desa, lembaga kemasyarakatan nasional maupun internasional, industri, media, dan Perguruan Tinggi.
Melihat besarnya peran Perguruan Tinggi dalam upaya penurunan stunting di Indonesia, AAGSPH melalui Dosen dan Mahasiswanya tergerak untuk memberikan kontribusi nyata kepada negara dengan melakukan pengabdian masyarakat melalui edukasi stunting.
“Orang tua, baik itu ibu, ayah atau siapa saja yang menjadi pengasuh anak harus paham tentang stunting. Mereka harus peka jika anak dalam kurun waktu 3 bulan berturut-turut tidak mengalami penambahan berat badan dan tinggi badan. Jangan dibiarkan, karena itu adalah indikator kewaspadaan kemungkinan anak mengalami stunting,” imbuhnya.
Dr. Arif Sabta Aji sebagai dosen juga turut berpesan kepada peserta dan Muhammad Hisyam selaku kepala dukuh, bahwa dalam upaya penurunan stunting perlu adanya kesadaran dari orang tua atau pengasuh anak. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar kader, posyandu, kepala dusun, dan Puskesmas juga perlu dilakukan.(*)