Permasalahan UKT dan Gejolak Sosial di Indonesia

Permasalahan UKT dan Gejolak Sosial di Indonesia

Penulis: Dr. Ahmad Salim, Dosen S2 PAI Universitas Alma Ata

Universitas Alma Ata – Baru-baru ini masyarakat kita dihebohkan dengan pemberitaan tentang Uang Kuliah Tunggal (UKT). UKT menjadi pemberitaan yang tranding dan viral di semua media baik media mainstream dan tentu juga di media sosial. UKT telah menjadi isu penting di Indonesia, terutama di kalangan mahasiswa dan orang tua. Meskipun UKT dirancang untuk membuat biaya kuliah lebih merata dan adil, kenyataannya sering kali berbeda. Banyak mahasiswa mengeluhkan bahwa penentuan kategori UKT tidak transparan dan kurang adil. Data ekonomi keluarga yang digunakan untuk menentukan kategori sering kali tidak akurat atau tidak diperbarui, mengakibatkan mahasiswa yang seharusnya mendapatkan keringanan justru membayar lebih mahal.

Pada tahun 2024, beberapa perguruan tinggi negeri (PTN) mengumumkan kenaikan UKT yang signifikan untuk beberapa program studi, seperti Komunikasi Bisnis, dari Rp2.850.000 menjadi Rp3.000.000 per semester. Ada pula universitas yang mengalami kenaikan signifikan, dengan UKT kelompok 3 sekarang berkisar antara Rp7.500.000 hingga Rp12.500.000. Kenaikan ini menambah beban finansial yang signifikan bagi banyak mahasiswa dan keluarga mereka. Banyak yang merasa bahwa kenaikan tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas fasilitas dan layanan pendidikan di kampus. Protes dan demonstrasi sering kali menjadi reaksi terhadap kenaikan ini. Mahasiswa mengeluhkan bahwa penentuan kategori UKT tidak transparan dan kurang adil. Seringkali, kenaikan UKT memicu aksi protes dari mahasiswa yang merasa bahwa kenaikan tersebut memberatkan tanpa adanya peningkatan kualitas pendidikan yang signifikan​.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah, universitas, dan masyarakat dan mahasiswa. Transparansi dalam penentuan kategori UKT harus ditingkatkan, dan pengawasan penggunaan dana UKT oleh universitas perlu diperketat. Selain itu, kebijakan yang lebih komprehensif diperlukan untuk memastikan bahwa pendidikan tinggi dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat tanpa memandang latar belakang ekonomi​​. Peningkatan jumlah beasiswa dan program bantuan pendidikan juga sangat penting. Beasiswa tidak hanya membantu meringankan beban biaya, tetapi juga dapat mendorong mahasiswa untuk berprestasi lebih baik.

Mendasar pada konsep kesetaraan pendidikan yang ditawarkan oleh ahli, seperti Paulo Freire dan John Dewey. menekankan pentingnya pendidikan yang membebaskan dan partisipatif, di mana setiap individu memiliki akses yang setara untuk mencapai potensi maksimal mereka. Lebih lanjut, Dewey, melalui konsep pendidikan progresif, menekankan

bahwa pendidikan harus relevan dengan kehidupan nyata dan memperkaya pengalaman siswa tanpa memandang latar belakang ekonomi. Bertalian dengan itu, upaya seperti sistem UKT di Indonesia bertujuan untuk menciptakan akses pendidikan tinggi yang lebih merata dan adil. Namun, sebagaimana dicatat dalam analisis kebijakan UKT, tantangan transparansi dan keadilan masih ada dan memerlukan perbaikan terus-menerus untuk benar-benar merefleksikan prinsip-prinsip ideal pendidikan inklusif sebagaimana yang diusulkan oleh Freire dan Dewey​​.

Bagi orang tua yang merasa terbebani dengan biaya UKT di Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dapat menjadi solusi alternatif. Banyak PTS yang menawarkan biaya kuliah yang lebih terjangkau dibandingkan PTN, namun dengan kualitas pendidikan yang tidak kalah. Orang tua dapat mempertimbangkan pilihan ini sebagai upaya untuk memberikan pendidikan tinggi yang berkualitas bagi anak-anak mereka tanpa harus terbebani secara finansial.

Meskipun terdapat persepsi bahwa PTN lebih baik, faktanya banyak PTS yang telah membuktikan diri sebagai lembaga pendidikan tinggi yang unggul. Mereka sering kali memiliki fasilitas modern, dosen-dosen yang berkualitas, dan kurikulum yang relevan dengan trend kebutuhan dunia kerja. Beberapa PTS bahkan memiliki akreditasi dan peringkat yang sangat baik, baik secara nasional maupun internasional. Dengan mempertimbangkan opsi PTS, orang tua dapat memberikan pendidikan tinggi yang berkualitas bagi anak-anak mereka tanpa harus terbebani secara finansial oleh biaya UKT yang tinggi di PTN.

Sumber:

  • Narasi TV.” Diakses 30 Mei 2024. https://narasi.tv/read/narasi-daily/daftar-kampus-yang-besaran-ukt-nya-naik-di-tahun-2024-mulai-dari-ugm-sampai-itb.
  • Halley, Catherine. “Paulo Freire’s Pedagogy of the Oppressed at Fifty.” JSTOR Daily, 30 September 2020. https://daily.jstor.org/paulo-freires-pedagogy-of-the-oppressed-at-fifty/.
  • Hopkins, Erin A. “John Dewey and Progressive Education.” The Journal of Educational Thought (JET) / Revue de la Pensée Éducative 50, no. 1 (2017): 59–68.
  • “Kenapa UKT 2024 Mahal dan Berapa Uang Kuliah di UGM hingga UNS?” Diakses 30 Mei 2024. https://tirto.id/kenapa-ukt-2024-mahal-dan-berapa-uang-kuliah-di-ugm-hingga-uns-gYKM.
  • “Resmi, UKT Mahasiswa Baru Tahun Ini Batal Naik.” Diakses 30 Mei 2024. https://www.goodnewsfromindonesia.id/2024/05/27/resmi-ukt-mahasiswa-baru-tahun-ini-batal-naik.
  • https://www.freepik.com/free-photo/medium-shot-graduate-student_13819175.htm#fromView=search&page=1&position=11&uuid=06738312-cd94-4b43-9a58-948a911c2524
1
Silahkan berkirim pesan kepada kami

Saluran ini khusus untuk informasi PMB, Untuk informasi selain PMB silahkan menghubungi Customer Service kami di nomer telepon.
0274-434-22-88
atau silahkan mengakses laman
https://almaata.ac.id/customer-service/
Terimakasih.