Editor : Danar Widiyanto
BANTUL, KRJOGJA.com – (21/11/2021) Dalam rangka kegiatan KKN Tematik yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Alma Ata Yogyakarta di Desa Gupakwarak, Bantul. Prodi S1 Kebidanan ikut berpartisipasi dalam melakukan promosi kesehatan ibu dan anak.
Dengan tema “Sosialisasi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak”, prodi S1 Kebidanan berkontribusi dalam kesempatan tersebut dengan memberikan edukasi tentang ‘Speech Delay’ sebagai antisipasi gangguan perkembangan anak dan melakukan penilaian tumbuh kembang anak. Edukasi ini tentunya merupakan langkah awal dalam mengenalkan salah satu gangguan perkembangan anak yang sering terjadi. “Speech delay didefinsikan dimana keadaan seorang anak berusia 24-30 bulan dengan perkembangan kosakata
Beberapa penelitian tumbuh kembang mengatakan bahwa kurangnya pemahaman dan telatnya mengetahui gangguan tersebut sebagai masalah berdampak terhadap perkembangan anak ditahap selanjutnya. Dijelaskan bahwa para orangtua lebih baik dalam mendeteksi adanya gangguan bicara atau tidak dimulai saat anak berusia 12-13 bulan.
Dalam edukasinya dijelaskan juga bahwa speech delay dibedakan menjadi dua klaster yaitu non-fungsional yang mengarah kepada adanya gangguan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) dan fungsional akibat dari kekurangan stimulasi dengan tanda-tanda yang biasa terjadi pada anak diantara lain; anak belum mengoceh pada usia 15 bulan; tidak berbicara pada usia 24 bulan; kesulitan mengikuti petunjuk; artikulasi atau pengucapan yang buruk.
“Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah memberikan stimulasi dengan sering mengajak anak berbicara (mengobrol), membacakan dongeng/cerita dan membatasi screen time baik gadget maupun televisi pada anak. Kegiatan ini disambut dengan sangat antusias oleh para ibu yang datang dan para kader,” jelas Prasetya Lestari, S.ST., M.Kes.
Jimrodah selaku kader di Desa Gupakwarak merasa senang dan mengapresiasi edukasi yang diberikan. Dirinya berharap kegiatan ini terus dapat dilanjutkan untuk terwujudnya kesehatan masyarakat. “Tentunya kami senang mendapatkan informasi tentang perkembangan anak dan jadi lebih mengenal tentang keadaan speech delay. Harapan kami dapat membantu untuk mendeteksi dini jika memang ada ibu dengan anak yang diperkirakan mengalami speech delay di desa kami,” tegas Indah Wijayanti, S.S.T., M.Keb., Bdn., dan Farida Aryani, S.ST., M.Keb .(*)