Ketakutan banyak pelajar di Tanah Air kepada mata pelajaran itu terlihat dari hasil Survei Programme for International Student Assessment (PISA). Studi yang dilakukan oleh Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) terhadap anak usia 15 tahun pada 2015, menempatkan kemampuan matematika pelajar Indonesia ada di peringkat ke-63 dari 72 negara. Capaian tersebut kalah jauh dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara. Dengan Vietnam misalnya, negeri berlambang bintang itu ternyata ada di peringkat ke-12, sementara Singapura ada di peringkat pertama.
Rendahnya keterampilan matematis siswa Indonesia dapat diindikasi dari berbagai sumber. Salah satu yang diindikasi berhubungan dengan ketermpilan matematis siswa Indonesia adalah mutu pendidik. Keberhasilan pendidikan matematika berhubungan dengan beberapa faktor. Salah satu faktor yang tururt memberikan kontribusi dalam keberhasilan suatu pendidikan adalah peran guru sebesar 15%. Sehingga salah satu peningkatan mutu pendidik dapat dimulai dengan membekali mahasiswa pendidikan matematika dalam mengembangkan potensi berpikir tingkat tinggi peserta didik. Tingkat keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat diukur dengan suatu instrumen. Instrumen higher order thinking skill (HOTS) merupakan salah satu alat yang dibutuhkan dosen untuk memantau perkembangan mahasiswa calon guru.
Dosen Prodi Pendidikan Matematika UAA sangat aktif dalam mejawab tantangan pendidikan matematika dengan mengembangkan penelitian berbasis higher order tinking skills (HOTS) dalam pendidikan matematika. Hasil penelitian tersebut berhasil dipresentasikan dalam Seminar Pendidikan Matematika (Sendikmad 2018) pada Sabtu, 03 November 2018 di UAD. Penelitian yang dikembangkan oleh Bapak Rino Richardo M.Pd, Ibu Suhartini, M.Pd, dan Ibu Adethia Martiyanti, M.Pd ini mendapat apresiasi yang luar biasa dari peserta seminar.