Algoritma? Kata yang tidak asing bagi yang berkecimpung di bidang matematika dan komputer. Apalagi disandingkan dengan kata pemrogram maka kental dengan dunia informatika atau ilmu komputer. Kata algoritma mempunyai arti urutan langkah-langkah logis penyelesaian masalah yang disusun secara sistematis. Jika dicari di kamus besar Bahasa Indonesia kata algoritma dengan kata bakunya adalah algoritme. Mempunyai makna prosedur sistematis untuk memecahkan masalah matematis dalam langkah-langkah terbatas. Dalam menyelesaikan masalah di bidang komputer tidak harus langsung menulis program dengan bahasa pemrograman, tetapi harus disiapkan terlebih dahulu algoritmanya yakni desain pemecahan masalah. Dengan mengesampingkan arti algoritma yang memecahkan masalah secara matematis dan menggaris bawahi kata sistematis di keseharian kita bisa sering menggunakan algoritma, salah satunya adalah resep makanan. Sehingga sebetulnya kita tidak lepas dari algoritma walaupun bukan berkecimpung di dunia informatika.
Tak terlepas dari uraian diatas, ternyata asal istilah algoritma (algorithm; bahasa inggris) muncul dari ‘Algoritmi’, bentuk Latin dari al-Khwarizmi, matematikawan, ahli astronomi, dan ahli geografi dari Persia. Siapakah al-Khwarizmi ini? Dengan nama lengkap Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa al-Khwarizmi, dunia mengenalnya sebagai al-Khawarizmi, seorang Muslim. Lahir sekitar tahun 780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad. Al-Kharizmi mempunyai karya pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Al-Khwārizmī juga berperan penting dalam memperkenalkan angka Arab melalui karya Kitāb al-Jam’a wa-l-tafrīq bi-ḥisāb al-Hind yang kelak diadopsi sebagai angka standar yang dipakai di berbagai bahasa serta kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi. Ternyata masih banyak ilmuwan muslim lainnya seperti Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (872-950) disingkat Al-Farabi adalah ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan. Dan Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan).
Alma Ata lahir sebagai tanggapan para cendekiawan muslim dan para ulama di lingkungan pondok pesantren yayasan Ali Masduki dan yayasan Ali Maksum terhadap perkembangan zaman, kecenderungan perubahan peradaban, pola hidup dan perilaku manusia dewasa ini dan merupakan bagian dari refleksi tanggung jawab moral keagamaan untuk membuktikan bahwa “Islam is always suitable anytime and anywhere” bahwa ”Islam sholichun fi kulli zaman wa makan” (Renstra Perguruan Tinggi Alma Ata, 2009-2013).Universitas Alma Ata Yogyakarta siap melahirkan ilmuwan muslim yang unggul, mandiri, berdaya saing global, berkontribusi terhadap pembangunan kesejahteraan bangsa dan peradaban dunia berlandaskan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan Indonesia.
Ilmuwan Muslim Lahir Di Alma Ata